Penulis: Zahra Annisa Pratiwi
(Mahasiswi semester 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Pemikiran merupakan suatu proses yang melibatkan akal sehat, yang digunakan untuk memproses atau menyusun atau membuat suatu hal. Sedangkan pemikiran besar secara umum merupakan, proses yang melibatkan akal dan pengetahuan yang luas, guna menyusun atau menyelesaikan suatu hal yang besar. Dalam politik, pemikiran besar merupakan, suatu proses yang melibatkan akal manusia dan pengetahuan yang luas, digunakan untuk memproses dan menyelesaikan semua hal yang berkaitan dengan politik.
Lalu, ideologi merupakan sebuah gagasan atau pengertian yang mencakup nilai-nilai yang ada di kehidupan manusia. Kemudian, ideologi besar secara umum merupakan, ide-ide atau gagasan yang mencakup nilai-nilai kehidupan manusia, dengan cakupan yang lebih besar. Dan di dalam politik, ideologi besar merupakan gagasan atau ide-ide yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yang selalu ada unsur politik, dengan cakupannya jauh lebih besar.
Pemikiran atau ideologi-ideologi besar dalam politik, bisa mencakup banyak pemikiran. Diantaranya sebagai berikut :
Seseorang dalam hidupnya pasti akan ber-ideologi. Dalam ber-ideologi seseorang harus memenuhi tiga syarat, diantaranya sebagai berikut :
Salah satu contoh munculnya pemikiran atau ideologi yang besar, yaitu saat Soekarno bertemu dengan seorang petani, pada tahun 1923. Pada saat itu, Soekarno sedang bersepeda, kemudian Soekarno bertemu dengan beberapa orang petani. Lalu, Soekarno menghampiri salah satu petani, dan menanyakan beberapa pertanyaan kepada petani tersebut. Setelah berbincang-bincang dengan petani tersebut, maka Soekarno memutuskan untuk membuat sebuah ideologi, yaitu ideologi ”Marhaenisme.”
Soekarno membuat ideologi marhaenisme ini, terinspirasi dari buruknya kondisi perekonomian Indonesia di tahun 1920-an, dan terinspirasi dari orang-orang yang bisa disebut sebagai ahli profesional yang memiliki lahan dan peralatan produksi sendiri, tetapi pergerakannya terbatas oleh sistem imperialisme yang tetapkan oleh Belanda pada saat itu. Bagi Soekarno, dari adanya ideologi marhaenisme ini, diharapkan tidak ada lagi penindasan dan pemerasan, yang dilakukan oleh pihak Belanda kepada kaum pribumi, serta bisa menciptakan kehidupan masyarakat pribumi yang adil dan makmur.
Kemudian, ideologi, politik, dan nasionalisme, saling berkaitan. Di dalam nasionalisme, ada yang namanya banal nasionalisme. Maksudnya, saat seseorang dilanda kesedihan, setelah mendengarkan sesuatu hal yang berkaitan dengan nasionalisme, tetapi tidak ada penyesalan dalam dirinya. Contohnya, seperti seorang koruptor yang sedang mendengarkan suatu hal yang nasionalisme, tetapi tidak ada efek jera dan tidak ada penyesalan dengan apa yang telah ia lakukan.
Untuk memahami tafsir atau penjelasan hal-hal yang berkaitan dengan ideologi, maka seseorang harus memiliki tafsir kreatif atau tafsir up to date, soal politik mulai dari sejarah hingga perkembangannya. Untuk bisa memahami ideologi-ideologi, kita tidak boleh ketinggalan informasi-informasi yang berkaitan dengan politik, harus senantiasa mencari tahu tentang perkembangan politik, dan mencari tahu apa yang sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat luas soal politik.
Selain sebagai negara yang ber-ideologi, indonesia juga merupakan negara yang inklusif. Karena Indonesia terdiri dari banyak suku, bahasa, dan lainnya. Maka seluruh rakyat Indonesia, entah itu rakyat atau pemerintah harus bisa menerima semua bentuk perbedaan, dan keragaman yang ada. inklusif di Indonesia di latar belakangi oleh Bhineka Tunggal Ika, karena sesuai dengan banyaknya perbedaan dan keragaman yang ada di Indonesia. Inklusif dengan ideologi saling berkaitan. Karena ideologi merupakan pemikiran upaya untuk menyatukan perbedaan, dan inklusif sendiri merupakan pelaksanaan dari ideologi, atau pemikiran untuk menyatukan perbedaan tersebut.(*)