Jumat, 03 Oktober 2025

Jimat Kekebalan Tubuh

(foto ilustrasi)
Selasa, 05 Des 2017 | 00:01 WIB - Suara Pembaca

Oleh: Chudori Sukra

Pengasuh Ponpes Riyadlul Fikar, Jawilan, Serang

Ada-ada saja cerita lelucon yang diklaim sahabat saya sebagai kisah nyata. Misalnya tentang santri Kiai Chatib yang konon memiliki jimat kekebalan tubuh, hingga tak gentar menghadapi senjata di jaman kolonial Belanda. Ada lagi santrinya Kiai Asnawi yang katanya kebal peluru, hingga tetap berdiri tegak setelah beberapa kali kena berondongan senjata kompeni. Tapi, bicara soal jimat untuk berperang melawan penjajah, kini wacananya telah bergeser pada bentuk jimat yang disandang beberapa sahabat saya, untuk “berperang” dalam tes penerimaan Pegawai Negeri Sipil.

Beberapa hari sebelum tes berlangsung, Fulan yang menjuluki dirinya “asli putera pribumi” sudah memiliki kesiapan yang matang. Ia telah mempersiapkan segala kelengkapan yang dibutuhkan, seperti alat-alat tulis baru, pakaian, serta kesiapan mental. Untuk yang terakhir ini, Fulan tidak malu-malu menceritakan pada saya, bahwa ia telah mendatangi “orang pintar” di daerah Pandeglang agar membekalinya dengan jimat memperkuat mental dan kepercayaan diri.

Konon ada dua jenis jimat yang ia beli dari Simbah, yakni buntelan kain berisi kertas rajah, dan satunya adalah pinsil 2B yang telah diberi jampi-jampi (konon harganya mencapai 1,5 juta). Pada hari pertama ujian, ada saja peserta yang tepergok basah membakar madat Turki hingga asapnya menyebar ke mana-mana. Panitia memberinya skorsing agar ia mengerjakan soal-soal di tempat tersendiri. Melihat kejadian itu Fulan lantas berceloteh, “Goblok banget dia! Masa membawa jimat saja gak becus? Kalau saya cukup telaten dalam soal begituan, gak bakalan ketahuan.”

Demikian pengakuan Fulan dengan penuh kejujuran, memaki-maki temannya yang sama-sama ikut tes CPNS, seakan-akan dirinya tidak goblok dan tolol seperti teman yang dimakinya itu. Saya sendiri tidak tahu mengenai kabar kesudahannya, apakah si Fulan itu lulus ataukah tidak. Seandainya dia gagal tes, saya sudah menebak perangainya yang temperamental, tentu dia akan memaki-maki Simbah sebagai “dukun sableng” yang telah menjual dua buah jimat dengan harga mencapai tiga jutaan rupiah.

Memperhatikan ulah si Fulan, saya jadi teringat tokoh Nyi Hindun dalam suatu buku tentang watak dan karakteristk orang Banten. Tokoh itu digambarkan percaya pada petuah ayat-ayat dari kitab suci, namun di sisi lain dia pun percaya pada jimat-jimat yang diberikan dukun untuk menangkal bala dan malapetaka yang dikhawatirkan mengusik perjalanan hidupnya. Sastrawan Mochtar Lubis dalam bukunya yang berjudul “Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban”pernah menggambarkan kepribadian manusia Indonesia yang kental kepercayaannya pada dunia klenik, takhyul dan khurafat. Meskipun zaman sudah memasuki abad millennials dengan perangkat gawai canggih di mana-mana, tetap saja kepercayaan mistik kuno itu masih berseliweran di sekeliling kita.

Apakah dikarenakan tekanan hidup yang datang silih berganti, lantas manusia Indonesia rela menggadaikan keyakinannya, hingga kehilangan akal sehatnya? Bukankah Alquran jelas-jelas mengajarkan kaum muslimin, bahwa persoalan hidup yang datang segenting apapun, tidak akan melampaui beban yang tak sanggup dipikul oleh manusia. Bukankah lumrah saja manusia mengalami pasang surut kehidupan, semuanya serba dipergilirkan. Kadang di atas atau di bawah, makmur dan kekurangan, sehat dan sakit, lapang dan sempit dan seterusnya? Solusi terbaik yang ditawarkan Alquran, ketika manusia berada dalam kesempitan hendaknya memohon bantuan Allah dengan kekuatan sabar dan salat (al-Baqarah: 153).

Hendaknya kita berguru kepada Sultan Muhammad dan Sultan Ageng Tirtayasa, ketika situasi Banten diliputi dengan kemelut intrik politik, justru kedua sultan itu menyalakan obor renaissance, menggalakkan pentingnya menuntut ilmu bagi masyarakat Banten. Perjuangan Sultan Muhammad sehaluan dengan Raja Pattingalloang di Makassar (abad ke-17) yang – menurut sejarawan Anthony Reid – sanggup melakukan berbagai terobosan demi untuk menegakkan pentingnya ilmu pengetahuan di Nusantara.

Dalam testimoni Anthony Reid, raja yang bijaksana itu rela mengorbankan harta yang dimilikinya untuk membeli sepasang bola dunia buatan Eropa, dua buah teleskop Gallilean yang pada masa itu masih langka dimiliki pemerintahan manapaun di dunia ini. Di masa Raja Pattingalloang, masa kegelapan telah disingkap dengan berbagai kajian-kajian ilmiah. Masyarakat tercerahkan oleh dinamika dan dialektika berpikir. Perpustakaan dibangun di mana-mana, hingga wilayah Makassar di abad ke-17, mengalami masa keemasan dan pencerahannya.

Banten saat ini mestinya banyak belajar dari maraknya ilmu pengetahuan di masa kejayaan Sultan Muhammad. Terutama ketika teknologi informasi telah merambah ke mana-mana, hingga memudahkan segala urusan kita untuk memekarkan peradaban manusia. Pada prinsipnya, pentingnya ilmu pengetahuan yang merupakan senjata ampuh bagi tumbuhnya daya nalar manusia, harus terus-menerus disyiarkan, didakwahkan, dan harus dihargai oleh semua pihak. Tanpa harus dicemari oleh kepercayaan mistik yang bersifat meninabobokan dan membungkam kesadaran masyarakat kita.

Orang Banten harus memekarkan akal sehatnya. Karena hakikat dari jimat kepercayaan diri, bukanlah meyakini pemberian Simbah berupa benda-benda pusaka atau batu-batu bertuah. Tapi kekuatan iman dan keluasan ilmu pengetahuan, seperti yang ditegaskan dalam Alquran: “Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan berilmu, lebih tinggi dari kedudukan manusia pada umumnya.” (al-Mujadalah: 11)

Hal itu menunjukkan bahwa jimat kepercayaan diri yang sejati adalah keteguhan prinsip pada tauhid dan kekayaan ilmu. Jimat seperti itulah yang sangat diperlukan untuk terus merawat marwah orang Banten agar mampu bersaing di tengah masyarakat global. Kecuali jika sebagian masyarakat masih sibuk mengandalkan jampi-jampi kekebalan untuk pertunjukan debus, atau hanya dipersiapkan pemerintah Banten agar bersaing dengan karyawan pabrik petasan dengan gaji 40 ribu perhari. Sungguh mengenaskan! (*)

Redaktur: Arif Soleh
Bagikan:

KOMENTAR

Jimat Kekebalan Tubuh

INILAH SERANG

868 dibaca
Tak Kapok, Residivis Kembali Diringkus Satnarkoba Polres Serang Kota
2247 dibaca
Di Cikande, Pedagang Mie Rebus Jual Miras Oplosan

HUKUM & KRIMINAL

2283 dibaca
Enam Pengedar Ganja Diringkus Polres Metro Tangerang
598 dibaca
Satpol PP Kabupaten Serang Segel THM DN di JLS

POLITIK

1274 dibaca
Relawan Baret Sebut Tatu-Pandji Terbukti, Tak Mau Coba-coba
1777 dibaca
Sosialisasi, KPU Kabupaten Serang Sambangi Daerah Terpecil

PENDIDIKAN

1418 dibaca
Program Pendidikan Gratis Sudah Final
Top