lBC, Serang - Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Banten menggelar Seminar Peradaban dan Budaya Banten. Seminar yang digelar secara daring tersebut menghadirkan Guru Besar Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Prof. Sholeh Hidayat, dan sejarawan Banten dari UIN Banten, Mufti Ali, dengan dipandu oleh Ketua Program Studi Manajemen STIE Banten Syaeful Fachri.
Ketua Panitia Seminar Peradaban, Dwi Fitrianingsih menjelaskan bahwa Seminar Budaya Banten telah menjadi program rutin dan dilaksanakan setiap tahun. "Para peserta sangat antusias sekali. Ada 200 peserta yang sudah hadir dalam kegiatan seminar daring ini, semoga dalam berbagai kesempatan seminar daring selanjutnya bisa kita lebih maksimalkan kembali,” kata Dwi pada Rabu, 7 Juli 2021.
Ketua STIE Banten, H. Anis Fuad Salam dalam sambutannya berharap agar nantinya muncul ‘sultan-sultan‘ baru di Banten yang mampu menguasai perekonomian, “Kami berharap seminar budaya dan peradaban islam ini bisa menjadi budaya baru di STIE Banten dalam mempelajari masa lalu dan menjadi bahan pemikiran hingga nantinya dari STIE Banten akan lahir para ‘Sultan-sultan‘ pemikir dan pejuang yang mampu mengembalikan kejayaan Banten di masa depan,“ jelasnya.
Prof. Sholeh Hidayat yang didaulat sebagai Keynote Speaker dalam pemaparannya menjelaskan tentang kebijakan ekonomi di masa Maulana Hasanuddin ada tiga, yaitu kebijakan pembangunan pertanian, kebijakan moneter, dan kebijakan Fiskal.
Dulu di masa kesultanan Banten terkenal dengan ladanya, mungkin di selatan banten masih ada, namun saat ini tidak lagi terdengar ada lagi, mungkin ada di daerah lain, di Bangka Belitung misalnya, yang ditanam di bekas-bekas tambang timah. Tapi apakah masih relevan jika gubernur banten saat ini mewajibkan kembali penanaman lada di Banten, ini perlu untuk di diteliti kembali nantinya.
Beliau berharap lahir pemikiran-pemikiran baru dari dosen dan mahasiswa di STIE Banten untuk kemajuan Banten, “Tentu saya berharap akan muncul pemikiran-pemikiran baru dari Dosen dan Mahasiswa di STIE Banten tentang bagaimana perdagangan dan ekonomi terutama di Banten mampu mencapai kejayaannya kembali,“ harapnya.
Mufti Ali, dalam membuka diskusi dengan menjelaskan bahwa menjadi tugas para peneliti tentang siapa Hasanuddin dan Gunung Djati yang selama ini Lebih banyak di-framing sebagai orang yang urusannya melulu agama, spiritual, keramat. Sedangkan untuk membangun sebuah peradaban dan kesultanan dibutuhkan kemampuan penguasaan dari sisi perdagangan, militer, termasuk bagaimana proses islamisasi di barat jawa tidak terdokumentasi dengan baik.
"Dalam penelitian yang saya lakukan Hasanuddin dan Gunung Djati memiliki kemampuan dan kehebatan dalam kebijakan ekonomi strategis serta mengambil keputusan strategis dengan mengambil momentum, kapan bisa bermusuhan dan kapan bisa bermitra dengan para pedagang di lingkup internasional hingga bisa membangun kejayaan di masanya,“ jelasnya
Di akhir penjelasannya, Mufti Ali menjelaskan bahwa masih banyak sisi sejarah yang perlu untuk diangkat dan diteliti lebih lanjut, agar informasi yang didapatkan agar lebih detail dan turut bangga dengan kampus STIE Banten selalu menggelar berbagai kegiatan seminar yang mengangkat tentang sejarah dan budaya Banten. "Saya cukup bangga dengan STIE Banten selalu menggelar Stadium General dengan membahas tentang sejarah dan budaya banten,“ pungkasnya.[Ars]