IB, Serang -- Keberadaan perlintasan rel atau jalan kereta api (KA) tanpa palang pintu, nampaknya menjadi berkah tersendiri bagi warga di Lingkungan PGRI, Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Dimana, pada saat sebagian warga menganggap bahwa keberadaannya dapat membahayakan pengendara yang melintas, tidak demikian dengan warga yang tinggal disekitar perlintasan KA tanpa palang pintu. Pasalnya, dengan adanya perlintasan tanpa palang pintu tersebut, justru sangat bermanfaat bagi warga sekitar yang notabene bekerja sebagai buruh serabutan.
Arif salah satu warga mengaku, dari perlintasan KA tanpa palang pintu dirinya bisa meraup keuntungan sebesar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu perhari. "Sehari bisa dapat Rp30 ribu sampai Rp50 ribu. Tergantung banyak tidaknya pengendara yang melintas dijalur ini. Kita gak maksa, mereka (pengendara) memberi upah seikhlasnya. Ada yang Rp2 ribu, Rp5 ribu bahkan ada juga yang ngasih Rp20ribu," ungkap pemuda yang mengaku sebagai pengangguran saat ditemui dilokasi perlintasan, Senin 20 Maret 2017.
Arif mengaku tidak sendiri dalam melakukan pekerjaan menjaga perlintasan KA tanpa palang pintu.
Warga sekitar lainnya juga banyak yang melakukan pekerjaan serupa dengan cara bergantian dari mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Seperti yang dilakukan oleh Fadilah. Siswa kelas II SD tersebut terlihat begitu cekatan menjaga perlintasan KA tanpa palang pintu di Lingkungan PGRI, Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Bocah berusia 9 tahun ini nekat melakukan pekerjaan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan juga untuk membayar uang sekolah.
Saat ini, Fadilah tercatat sebagai siswa di SDN Kasemen. Sepulang sekolah mulai pukul 12.00 WIB, ia dan juga kawan-kawan seumurannya terlihat sudah bersiap menjaga perlintasan KA tanpa palang pintu. Mereka terlihat melakukan hal tersebut secara bersama-sama dan hasil yang didapat nantinya akan dibagi sesuai jumlah orang yang bertugas menjaga saat itu.
Fadilah mengaku kadang ia melakukan pekerjaan tersebut sendirian. Dikarenakan teman-temannya yang lain masih lebih memilih untuk bermain karena merasa memiliki uang jajan yang cukup dari orangtuanya. "Kalau saya sendirian juga jadi Kak. Lumayan buat bantu-bantu Ibu dan sisanya bisa buat bayar sekolah dan tambahan jajan. Kalau temen-temen juga kadang ikut menjaga disini tapi gak tiap hari. Mereka jaga kalau lagi butuh tambahan saja untuk beli mainan atau jajan," ucap Fadilah kepada Inilah Banten.
Ia mengaku pekerjaan tersebut dilakukannya untuk menggantikan Ayahnya yang sebelumnya lebih dulu melakukan pekerjaan menjaga perlintasan KA tanpa palang pintu. "Bapak sama Ibu tau kok. Malah saya melakukan ini juga karena disuruh gantiin Bapak biar Bapak bisa cari kerjaan lain diluar seperti membangun rumah atau menjadi kuli di pasar dan toko bangunan," jelasnya.
Fadilah mengaku ikhlas menjalani pekerjaan tersebut dengan harapan mampu membantu kehidupan kedua orangtuanya dan berharap bisa terus melanjutkan sekolah hingga menjadi orang yang sukses nantinya. "Cita-cita saya bisa jadi pengusaha sukses biar bisa bantu Ibu Bapak dan keluarga. Kalu gak jadi pengusaha saya berharap bisa terus melanjutkan sekolah sampai ke kampus (perguruan tinggi) supaya bisa diterima kerja di Bank ataupun di kantor Pemerintahan," ucapnya malu-malu.