lBC, Pandeglang -Sosok kharismatik Abuya Muhtadi sebagai ulama yang di segani di tingkat nasional membawa efek positif di setiap perhelatan pemilihan kepala daerah. Bahkan, selalu tampil jika ada kegiatan dengan Jenderal Gatot Nurmantyo baru-baru ini di acara do'a 171717.
Ulama yang besar di Banten ini membawa harum sebutan Banten tanah ulama. Dengan penampilannya yang religius, sederhana, tegas juga visioner menambah point tersendiri bagi yang ingin bersilahturahmi dengannya.
Ditemui pasca silahturahmi ke kediaman Abuya Muhtadi, Tubagus Fiki mengutarakan kebahagiaannya. Kang Fiki sapaan akrabnya memaparkan, bahwa tujuan silahturahmi tersebut merupakan langkah awal sebelum menuju perhelatan Pilkada Kota Bandung.
“Jika kita ingin melangkah mendapat restu dari partai pengusung, terlebih dahulu awali dengan berkunjung kepada orang tua kandung, ulama dan saudara dekat,” ujar dia saat dihubungi mellaui telepon selulernya pada Kamis, 31 Agustus 2017.
Menurut Tubagus Fiki, sosok Abuya Muhtadi adalah pengayom umat yang memberikan nasihat serta amanah untuk di teruskan dalam berjuang meyakinkan hati rakyat di Kota Bandung. Bahkan Abuya Muhtai berpesan harus dengan cara-cara penuh kelembutan dalam mengayomi rakyat. Dia mencontohkan seperti halnya para pahlawan yang gugur dengan ikhlas mempertahankan sekaligus merebut kemerdekaan Indonesia dari para penjajah.
Terlebih, bahwa kakek Tubagus Fiki adalah seorang pahlawan yang gigih di Medan perang yang tidak pernah berkhianat sama bangsa dan negaranya. Hal ini yang harus di contoh untuk kemudian di jewantahkan dalam perhelatan di Pilkada Kota Bandung.
Pada saat yang bersamaan Tubagus Fiki ditemani saudaranya Tubagus Saptani yang giat dalam kegiatan berkebudayaan mengatakan, bahwa Entus Fiki adalah sosok yang tepat untuk memulai tongkat estafet dari Emil. Karena lebih dari 52% penduduk Kota Bandung terdiri dari pemuda dan pemudi, maka sosok yang mumpuni dan enerjik ini di pandang perlu untuk mewakili dari kalangan pemuda.
“Karena dari pendahulu bangsa ini, hal ini yang telah di contoh kepada generasi sekarang. Bagaimana sekumpulan pemuda dengan gigih dan enerjik merebut kemerdekaan dan memproklamasikan secara bersama-sama di mulai dari tahun 1908, 1928 sampai 1945,” ujarnya.