TIDAK syak lagi, bahwa perpecahan merupakan fitnah besar yang melanda umat Islam. Fitnah yang gelombangnya laksana gelombang lautan ini muncul sesudah terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu. Dalam hadis yang dikeluarkan oleh banyak imam, di antaranya Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab sahih masing-masing, berasal dari seorang tabiin bernama Syaqiq, dari seorang sahabat besar, Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata:
"Kami berada di hadapan (Khalifah) Umar (bin Khattab). Ia bertanya, "Siapakah di antara kalian yang hafal hadis Rasulullah Shallallahu alaihiwa sallam tentang fitnah, persis seperti yang beliau sabdakan?" Hudzaifah berkata, "Saya menjawab,Saya." Umar berkata,"Sesungguhnya engkau benar-benar berani, bagaimana beliau bersabda?" Hudzaifah berkata, "Saya menjawab, Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Fitnah seorang laki-laki di tengah keluarganya, hartanya, dirinya, anaknya dan tetangganya, dapat dihapuskan dengan puasa, shalat, shadaqah dan amar maruf nahi mungkar."
Umar berkata, "Bukan itu yang aku kehendaki. Tetapi yang aku kehendaki ialah fitnah yang bergelombang laksana gelombang lautan." Hudzaifah berkata," Maka saya katakan, Mengapakah engkau bertanya tentang itu, wahai Amirul Muminin?! Sesungguhnya di antara dirimu dengan fitnah itu terdapat pintu yang tertutup." Umar bertanya, "Apakah pintu itu akan pecah ataukah (hanya) akan terbuka?" Hudzaifah menjawab,"Tidak, bahkan pintu itu akan pecah." Umar berkata,"Itu berarti lebih layak untuk tidak akan tertutup selama-lamanya."
Syaqiq berkata,"Kami bertanya kepada Hudzaifah, apakah Umar mengetahui siapakah pintu itu? Hudzaifah menjawab,"Ya, seperti halnya ia mengetahui, bahwa sebelum esok adalah malam nanti. Sesungguhnya aku telah menceritakan kepada Umar hadits yang tidak keliru (betul-betul datangnya dari Nabi Shallallahu alaihiwa sallam)." Syaqiq berkata lagi, "Selanjutnya kami segan untuk bertanya kepada Hudzaifah, siapakah pintu itu? Maka kami berkata kepada Masruq: Tanyakanlah kepada Hudzaifah (tentang siapakah pintu itu)?" Masruq pun bertanya. Maka Hudzaifah menjawab,"(Ia adalah) Umar."
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan fitnah itu seolah-olah terkurung dan tersekap di dalam suatu ruangan. Ruangan ini mempunyai pintu. Sedangkan pintunya jika sampai patah, maka selama-lamanya tidak akan bisa tertutup kembali. Sehingga fitnah akan terlepas dan tidak kembali lagi ke dalam kamar. Pintu yang dimaksud adalah Umar. Bila beliau wafat, berarti pintu itu terbuka, tetapi mungkin akan bisa tertutup kembali. Tetapi jika beliau terbunuh (dalam bahasa hadits "patah"), maka pintu itu tidak tertutup lagi hingga hari kiamat. Ternyata Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu terbunuh, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang dibawakan oleh Hudzaifah di atas.
Fitnah betul-betul melanda kaum Muslimin sepeninggal Abu Bakar dan Umar Radhiyallahu anhum. Dan semakin ganas sejalan dengan perjalanan waktu yang kian panjang, laksana gelombang air laut yang dahsyat. Fitnah itu terwujud secara nyata dalam bentuk perpecahan umat. Di mana-mana terjadi perselisihan hebat. Dan ini merupakan sunnah kauniyah (ketetapan taqdir dari Allah) yang tidak dapat terelakkan, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits iftiraqul ummah.
Bagaimana jalan keluar dari kenyataan perpecahan yang merupakan sunnah kauniyah ini? Allah tidak menurunkan suatu penyakit (yang merupakan sunnah kauniyah), kecuali pasti menurunkan obatnya yang merupakan sunnah syariyah.
[Referensi: Majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VII/1423H. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta/Ahmad Faiz bin Asifuddin/muhadharah Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman/lnilah]