lBC, Serang – Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-89 yang jatuh pada 28 Oktober, DPD KNPI Kabupaten menggelar Seminar yang bertemakan “Dampak pencabutan moratorium reklamasi teluk Jakarta terhadap lingkungan laut di Wilayah Kabupaten Serang Tahun 2017”. Seminar sendiri bertempat di Hotel dan Resto D’Wiza Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang pada Sabtu, 28 Oktober 2017.
Ketua DPD KNPI Kabupaten Serang, Tubagus Ibnu Nurul Ibadurachman menyatakan, bahwa tepat tanggal 28 Oktober 2017 merupakan hari bersejarah yang selalu diperingati oleh bangsa ini. Sebuah tanggal yang menentukan nasib bangsa Indonesia agar bisa merdeka dan berdiri dengan bebas di atas tanah mereka sendiri.
“Sebuah hari di mana kita ingat kala itu pemuda menginisiasi gerakan untuk bersatu di tengah keberagaman suku, bahasa, dan budaya daerah masing – masing,” ungkapnya.
“89 tahun sudah peristiwa sumpah pemuda ini selalu diulang dan diperingati. Saya membayangkan, sumpah pemuda pada waktu Indonesia belum merdeka dulu pastilah sangat heroik. Beragam pemuda yang berlatar belakang beda – beda, berkomitmen menjadi satu karena disatukan oleh tanah air, bangsa, dan bahasa yang sama,”ujar Ibnu menambahkan.
Tetapi, lanjutnya, dalam kondisi Indonesia sudah merdeka seperti sekarang dan setiap orang bisa berbuat semaunya, masihkah Sumpah Pemuda menjadi penting? Atau, peringatan sumpah pemuda hanya sebagai formalitas mengingat sejarah saja?
“Menurut saya, sampai kapan pun Indonesia berdiri, peringatan sumpah pemuda ini adalah sesuatu yang sangat penting. Mengapa? Karena Indonesia adalah sebuah negara yang unik dibandingkan negara lain. Keanekaragaman orang, suku, budaya, dan bahasa memerlukan sebuah momen agar mereka selalu ingat perjuangan kakek – nenek kita dulu untuk membuat yang berbeda–beda ini tetap menjadi satu dan utuh,”tutur Ibnu.
Menurutnya, sumpah pemuda perlu di maknai bukan hanya sekedar pengambilan sumpah untuk bersatu. Namun, sebuah sumpah bersatu untuk meraih tujuan bersama. Sumpah pemuda muncul di tahun 1928 karena setiap pemuda memiliki tujuan sama, terbebas dari penjajah untuk bisa merdeka di negeri sendiri. “Namun, setelah Indonesia merdeka di tahun 1945, apa tujuan bersama yang perlu diperjuangkan?,”katanya.
“Menurut saya, sumpah pemuda hanya sekedar retorika apabila kita bersumpah bersatu namun tidak mengetahui ke mana arah kita akan menuju sebagai sebuah bangsa,”ujarnya.
Terlebih lagi, saat ini kita masuk ke dalam era globalisasi, sebuah era yang sangat berbeda dengan puluhan tahun lalu. Dengan kemajuan teknologi, social media, dan internet seperti saat ini. Kita bisa mengakses apa yang sekarang terjadi secara langsung, Kita bisa dengan bebas mengakses informasi yang kita butuhkan.
Namun, globalisasi juga memiliki sisi yang lain. Karena batasan yang tipis ini, bangsa yang lemah dan tidak memiliki jati diri akan tergerus oleh dominasi negara adidaya. Bahasa mereka, pola pikir mereka, bahkan jati diri bangsa pun akan digadaikan untuk mengikuti negara adidaya.
“Kalau seperti itu, apa bedanya dengan terjajah? Jika dulu kita dijajah secara fisik, di era global ini bisa ngeri lagi, kita dijajah dan ditelanjangi secara moral, ekonomi, budaya dan kearifan lokal tercabut, karena kita berkiblat pada negara adidaya,”paparnya.
Maka, cobalah sesekali Googling tentang “Kondisi Pemuda Indonesia saat ini”. Berita apa yang kita dapatkan? Mayoritas yang kita dapatkan adalah berita seperti ini, Seks Bebas, Tawuran tak kunjung henti, Penggunaan obat – obatan terlarang, Meninggal karena overdosis, Pornografi akut dan masih banyak lagi yang lainnya.
“Bahkan, saya jarang melihat pemuda yang posting tentang capaian – capaiannya di social media. Mereka lebih suka memberitahukan sedang makan apa, atau berlibur ke mana. Menurut saya, social media adalah sebuah hal yang sangat bagus untuk memberitahu prestasi apa yang sudah kita capai, karya apa yang sudah kita hasilkan, serta mimpi apa yang sudah kita raih. Bukan untuk sombong, tetapi menginspirasi orang lainnya,”urainya.
Selain itu, tambah Ibnu, sebagai generasi muda harus kritis dan peka terhadap berbagai perkembangan yang timbul di tengah- tengah masyarakat. Terbaru, kita disuguhkan oleh berbagai berita dimedia massa maupun elektronik terkait dicabutnya moratorium reklamasi teluk jakarta.
“Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah apakah dicabutnya moratorium tersebut berdampak positif atau sebaliknya?,”ujarnya memertanyakan.
Dalam seminar tersebut dihadiri ratusan peserta dari baik dari PK KNPI se Kabupaten Serang, OKP, dan mahasiswa. Sedangkan sebagai narasumber menghadirkan dari berbagai kalangan seperti aktivis lingkungan, akademisi dan tokoh pemuda yakni, Daddy Hartadi, Bahrul Ulum, Khalid, dan Ghaos Alam.
Dalam kesempatan tersebut, peserta yang hadir dibeirkan kesempatan bertanya terkait reklamasi dan pengerukan pasir laut di Kabupaten Serang.