PERKATAAN yang kasar dari suami tidak menjadikannya jantan, justru itu perlihatkan sikap terlihat kejam tanpa perasaan. Wanita dicipta dari lekuk rusuk agar disayangi, tentu lebih layak dicintai setelah jadi istri. Meluruskannya dengan paksa hanya mematahkannya, kesabaran dan kelembutan adalah kuncinya.
Istri diambil dengan amanah serta kalimat yang baik dari walinya, jaga dan berlakulah baik padanya sebagaimana Nabi meminta. Siapa yang tak luluh hatinya bila memiliki suami yang santun lisannya dan sabar dalam menasihati? Bukan agar istri takut pada suami lalu istri takut berlaku salah, namun agar dia enggan melihat suaminya sedih maka dia berlaku benar. Maka ancaman apalagi pukulan bukanlah jalan, coba kata-kata lembut sejuk penuh pengertian pelan-pelan.
Sebetulnya bila istri senantiasa berbuat salah, maka sejatinya suaminya itu bermasalah. Karena tugas suami bukan hanya menafkahi lahir, namun terutama agar dalam kebaikan dia jadi mahir. Membimbing dan mengajari kebaikan adalah tugasnya suami, memimpinnya dalam kebenaran adalah kewajiban suami. Jangan tuduh istrimu tidak sempurna melakukan kewajibannya, mungkin suaminya yang tidak penuh tunaikan haknya? Atau mungkin kedua-duanya selama ini bermasalah? Tanpa iman dan ilmu lantas nekat untuk menikah?
Bagaimanapun suami adalah pemimpin atas istrinya, tak layak pemimpin tidak berlaku baik pada yang dipimpinnya. Pandangilah dia bila memasak bagi anak-anakmu, dengarkan senandungnya saat menidurkan anak-anakmu. Lisan yang baik itu merubah akal dan pikiran, lisan kasar dan amal kasar tanda cacat pikiran. Perbanyak memahami kisah Rasulullah memerlakukan istri-istrinya, niscaya kita temukan hikmah pelajaran kaya pekerti.
"Sesungguhnya yang paling baik di antara laki-laki adalah yang paling baik kepada istri-istrinya." (HR Ahmad)
Kenyataannya jarang kita temukan suami zalim pada istrinya lantas Allah berikan kemudahan hidupnya di dunia. Sayangi dan muliakan istrimu, bahagia dan berharga hidupmu. [dikutip dari tweet Ustaz Felix Y Siauw]