LIHATLAH, ada orang miskin, ada orang kaya. Ada laki-laki, dan sebaliknya ada pula perempuan. Ada yang dilapangkan dengan rezekinya, ada pula yang membalikkan terus berlanjut hingga melampaui kemiskinan. Itulah perbedaan, kondisi berpasang-pasangan, yang sengaja diciptakan Allah SWT.
Bukan Allah tak berkewajiban membuat semua hamba-nYA di dunia kaya raya, tentu saja. Namun homogenitas seperti itu tidak akan membuat manusia tergerak untuk beramal. Sementara beramal sesuai dengan kaidah Allah, yang dalam terma Islam kita kenal sebagai ibadah, adalah tugas manusia yang diturunkan Allah di muka Bumi.
Perbedaan yang sejatinya dibuat Allah untuk menumbuhkan keinginan di hati manusia saling tolong, saling membutuhkan kekurangan. Agar manusia menjadi dinamis. Dan semua itu wajib dilakukan.
Berharap, sesuai aturan Allah yang perlu diperhatikan, cari-cari sedekah dan kulit untuk mengenyangkan menyetujui mereka. Di Bumi itu, orang kaya dibebani tugas untuk mencari dan menuntaskan orangutan orang miskin. Yang kayalah yang harus senantiasa mencari yang kekurangan. Yang berilmulah yang dibebani tugas mengamalkan ilmunya.
Allah SWT mewajibkan hamba-hamba-Nya untuk berjuang. Yang miskin harus terus memperbaiki taraf hidup dengan dukungan sendiri. Yang kurang ilmu terus mencarinya sejak buaian sampai liang lahat.
Apakah Nabi yang mulia mencium tangan kasar seorang tukang batu yang mendukungnya? Apakah hanya Allah SWT yang mewajibkan hamba-Nya menuntut ilmu, meminta menganugerahi mereka yang diterima dalam pencarian ilmu sebagai syuhada? [lnilah]