APA yang sudah berubah dari kepemimpinan WH sebagai Gubernur di Banten, soal Pertanian, kelautan perikanan? Soal Lingkungan Hidup? Adakah progres yg cukup maju dari soal itu? Bagaimana nasib petani, Nelayan? Sudahkah punya cara untuk mengangkat harkat derajat kaum tani di Banten? Sudahkah mampu mengangkat harkat derajat kaum nelayan di Banten? Profesi petani dan nelayan masih menjadi profesi yang termarjinalkan, kampong-kampung pertanian dan wilayah pesisir di Banten masih merupakan kantong-kantong kemiskinan.
Rumah tangga tani terus menyusut selain dampak alih fungsi lahan, ketidaktertarikan petani pada nilai ekonomis pertanian yang terus mengalami ketidakpastian kestabilan harga dan sulitnya penyerapan hasil pertanian menjadi PR Ruwet yang harus dikerjakan dengan hati dan kepala dingin. Bukan dengan rasa dendam yang penuh emosi akan sebuah pengalaman buruk yang pernah dialami.
Keadaan Nelayan-nelayan tradisional yang selalu ditimpa ketidakberuntungan dalam melaut karena faktor sarana prasarana, faktor cuaca dan faktor kebijakan yang tidak pro lingkungan yang menyebabkan rusaknya ekosistem laut tempat nelayan mencari nafkah menjadi problematika yang terus mendera nelayan. Ketika Nelayan tidak bisa melaut karena 3 faktor itu tidak ada yang bisa dikerjakan nelayan dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Kemana WH????
Sudahkah menyaksikan lagi kehidupan sehari hari nelayan, setelah masa kampanye pemilihan Gubernur tahun lalu yang berkeliling ke kampung kampung nelayan. Apa program jangka pendek dan jangka panjangnya untuk membangun wilayah pesisir yang dijanjikannya selama kampanye, yang akan membuat infrastruktur kawasan pesisir yang terintegrasi dengan kampong-kampung nelayan agar distribusi hasil laut mudah diakses oleh nelayan. Hampir setahun WH menjabat belum ada perubahan signifikan dan secercah harapan untuk kaum tani dan nelayan. Kehidupan kaum tani dan nelayan masih seperti biasa didera dengan masalah klasik yang selama ini menderanya. Ketika dalam memutar roda pembangunan di Banten petani dan nelayan terlupakan maka sama dengan melupakan pilar dan tulang punggung negeri ini karena petani dan nelayan adalah sokoguru negeri ini.
Jangan mimpi menjadi lumbung pangan nasional jika Banten tidak memiliki Grand design pembangunan pertanian juga kelautan dan perikanan karena Banten dipenuhi potensi yang besar di sektor tersebut. Luas perairan di Banten yang mencapai 11.134,22 km2 dengan panjang garis pantai 509 KM dan memiliki pulau2 kecil dan terluar mencapai 55 pulau dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar seharusnya Banten berjaya secara kemaritiman dan menjadi penghasil perikanan tangkap dan Budidaya rumput laut yang cukup besar dengan menjadikan nelayannya sebagai posisi terhormat. Tapi ini malah sebaliknya kawasan pesisir yg kaya sumberdaya laut malah menjadi kantong kantong kemiskinan. Sejak WH dilantik 12 mei 2017, kemiskinan di Banten malah semakin meningkat.
Data hasis survei sosial ekonomi nasional (Susesnas) yang dirilis BPS Provinsi Banten pada Januari 2018 mencatat kenaikan kemiskinan rakyat Banten menjadi 5,49 persen dalam periode Maret-September 2017. Rakyat miskin di Banten mencapai 699.83 ribu jiwa dari semula 675.04 jiwa. Berarti sejak kepemimpinan WH sesuai data BPS ada peningkatan masyarakat miskin 24,79 ribu jiwa.
Belum lagi soal kemampuan kebutuhan pangan di Banten, dengan 11 juta penduduk dengan kebutuhan minimal akan beras perkepala adalah 0,30 kg atau 300 gram perhari, berarti dalam setahun atau 365 hari perkepala kebutuhan berasnya adalah 108 kg dikalikan 11 juta rakyat Banten sudahkah kebutuhan beras di Banten terpenuhi???, dan secara pangan berdaulatkah di Banten?
Padahal, potensi lahan pertanian dan lahan tidur di Banten cukup mendukung untuk membangun kedaulatan pangan untuk mencukupi kebutuhan pangan di Banten sendiri. Jadi jangan remehkan sektor pertanian, kelautan dan perikanan jika tidak ingin Banten gagal mencapai kesejahteraanya, buka gaya memimpin yang mengakomodir partisipasi publik dan jangan berasa pinter sendiri karena dalam setiap pemikiran manusia ada hati yang mendorongnya untuk bicara. Yaitu hati untuk turut serta membangun Banten dan mengawalnya menuju kesejehteraan yang berkeadilan.[*]
Penulis: Daddy Hartadi
Pokja Gerakan Pemuda Tani indonesia (Gempita) Banten/Koordinator Koalisi Nelayan Banten