IBC, Jakarta - Melihat fenomena selfie atau swafoto saat ini menjadi sebuah tren. Terkadang, orang yang melakukan hal tersebut kerap mengganggu keberadaan orang yang disekitarnya.
Menurut Praktisi klinis dan Staf pengajar FKUI/RSCM, Ari Fahrial Syam MD,PhD, FACP swafoto bisa menyebabkan ketagihan dan bisa menjadi masalah kesehatan buat pelakunya.
Gaya saat swafoto tersebut ternyata macam-macam dengan mimik wajah yang juga dibuat macam-macam, ada yang dilakukan sendiri - sendiri ada yang dilakukan secara berkelompok. Biasanya memang swafoto dilakukan dengan riang gembira.
Secara psikologi, tersenyum dan tertawa bisa mengurangi tekanan jiwa yang terjadi. Selain itu swafoto juga meningkatkan kepercayaan diri.
Di sisi lain masih menurut pengamatan Ari, berbagai media sosial sebagian besar orang juga melaporkan aktifitas swafoto-nya dari tempat-tempat wisata lainnya.
Karena dalam liburan panjang kali ini sebagian besar masyarakat banyak menghabiskan waktu untuk bersantai dan tentunya dengan ber-swafoto ria.
Swafoto atau mengambil foto diri secara mandiri dan membagikan melalui media sosial sudah merupakan budaya masyarakat zaman now. Tujuannya macam-macam dan dianggap sebagai upaya pengembangan psikososial.
"Kegiatan swafoto sudah mendunia dalam lima tahun terakhir ini dan semakin meningkat drastis dalam dua tahun terakhir. Semakin banyak pelakunya semakin banyak laporan kecelakaan yang berhubungan dengan pengambilan selfie tersebut," papar Ari seperti yang dikutip dari siaran pers yang diterima, Jakarta, (03/01/2018).
Menurut peneliti dari Nottingham Trent University ada enam motivasi kenapa seseorang melakukan swafoto, antara lain.
1. Meningkatkan kepercayaan diri dan menjadi berbahagia setelah melakukan selfie
2. Mencari perhatian
3. Meningkatkan mood
4. Berhubungan dengan lingkungan sekitar
5. Meningkatkan adaptasi mereka dengan kelompok sosial di sekitar mereka
6. Bisa juga untuk berkompetisi secara sosial.(tka)