Hidup dalam kefakiran sudah tentu bukan harapan bagi setiap orang. Akan tetapi terkadang Allah SWT menempatkan seseorang dalam kondisi sebagai ujian.
Ketika seseorang ditakdirkan hidup menjadi orang fakir atau miskin, bukan berarti menganggap dirinya sebagai makhluk hina dan meninggalkan adab, apa lagi menjadi kufur.
Seorang fakir yang mengeluh dan meratapi nasibnya dinilai sebagai perbuatan sia-sia yang tidak ada manfaatnya. Syekh Abdul Qadir menyarankan agar orang fakir bisa menikmati kefakirannya melebihi orang kaya yang menikmati kekayaannya.
Anda tidak perlu khawatir tentang hal ini Apa yang Harus Dilakukan Saat Ini?
Artinya: “Di antara syarat orang fakir adalah memiliki hati yang kuat dan bersih ketika tidak memiliki apa-apa di tangannya. Semakin sedikit rezeki yang diperoleh, semakin baik pula hati, kekuatan, dan cahayanya, serta semakin senang dengan nasihat orang-orang saleh.” (Syekh Abdul Qadir Jailani, Al-Ghunyah li Thâlibi Tharîqil Ḫaq [Beirut: Darul Kutub Ilmiyah, 1997] Juz II, halaman 291)
Jika kefakiran malah membuat seseorang menjadi gelap mata, mengeluh, bahkan sampai geram pada Allah, maka sesungguhnya ia telah terpedaya dan melakukan dosa besar.
Adab Hadapi Hidup dalam Kefakiran
Syekh Abdul Qadir Jailani mengungkapkan sejumlah adab yang harus dilakukan seseorang ketika menghadapi kefakiran. Berikut ini adalah 5 adab yang harus dilakukan seseorang ketika berada dalam kefakiran:
1. Jangan Ragu dengan Allah
Seorang fakir hendaknya tidak bingung memikirkan rezeki untuk esok hari. Kepentingannya hanya untuk hari ini dan tidak berangan-angan rezeki esok hari.
Meski masih misteri tapi tetap yakin Allah telah menyiapkan rezeki untuk esok hari. Selain itu, seorang fakir juga mesti berkeyakinan bahwa rezeki yang didapat hari ini, itulah yang terbaik.
2. Mengingat kematian
Seorang fakir hendaknya selalu mengingat dengan kematian yang bisa datang kapan saja. Dengan demikian, ia akan menikmati kefakirannya, menghilangkan angan-angan duniawi, dan fokus pada bekal yang dipersiapkan untuk kehidupan berikutnya.
3. Giat Kerja dan Beramal
Bersikap mandiri, tidak bergantung dan mengharapkan pemberian dari orang lain adalah sikap mulia bagi seorang muslim, khususnya bagi orang fakir.
Demi Allah , orang fakir yang mau berbagi jauh lebih baik dari orang kaya yang hanya mau menerima dan tidak mau berbagi.
4. Hati-hati dalam Mencari Rezeki
Seorang fakir hendaknya memiliki wara , yaitu menyatakan hati-hati terhadap hal-hal yang masih belum jelas status halalnya. Meskipun terlilit ekonomi, seorang fakir harus tetap bekerja keras mencari rezeki halal serta tidak berbohong dengan barang haram dan kemaksiatan. Seorang ahli hikmah berkata:
من لم يصحبه الورع في فقره أكل الحرام وهو لا يدري
Artinya: “Barang siapa yang tidak memiliki sikap wara saat fakir, maka tanpa sadar ia akan memakan barang haram.”[lnilahcom]