Kamis, 18 April 2024

Pesantren dalam Arus Transformasi Global

(foto ilustrasi)
Sabtu, 02 Des 2017 | 18:10 WIB - Suara Pembaca

Oleh: Eeng Nurhaeni

Penulis Pengasuh dan pendiri pesantren Al-Bayan, Alfafa, dan Multazam

Akhir-akhir ini, banyak orang tua yang mencemaskan lembaga pendidikan yang layak bagi masa depan anak-anaknya. Bukan hanya karena pesatnya teknologi dan beralihnya satu sektor ke sektor lainnya (shifting), tapi yang terpenting bagaimana orang tua bisa mempercayai lembaga pendidikan di mana anak-anaknya bisa belajar dan nyaman dititipkan di lembaga tersebut.

Pesantren dengan pola pengajaran tradisional (salafi) seakan dituntut agar dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Jika tetap bersikukuh dengan sistem lama (obsolete) maka akan kehabisan energi dalam menghadapi persaingan, serta kehabisan waktu untuk mengevaluasi diri. Sedangkan pesantren yang menerapkan sistem pengajaran yang dirintis oleh Kiai Rifa’i Arief, tetap survive dan terus memiliki kontribusi penting bagi pendidikan umat.

Dengan berbagai rintangan yang dihadapi, figur Rifa’i Arief bisa dikatakan “satu-satunya” dalam sejarah pendidikan Banten yang berani menerapkan sistem pendidikan ala Gontor sejak era 1970-an. Pengalaman yang dihadapi ketika merintis pesantren dengan memakai pola pendidikan yang diterapkan Kiai Rifa’i bukanlah perkara mudah dan ringan, mengingat ortodoksi dan konservatifitas pola pikir sebagian masyarakat kita. Hingga tak urung selentingan muncul dari sana-sini: “Untuk apa di pesantren Al-Bayan memberlakukan bahasa Inggris untuk para santrinya?”

Sementara itu di sisi lain, muncul lagi anggapan miring: “Barangkali Mekah akan dipindahkan di sini mengingat santri-santri Al-Bayan berbicara dengan bahasa Arab?”

Bagi kelompok tertentu yang tak mampu menghadapi persaingan, memang tak henti-hentinya membangun persepsi untuk selalu menyalahkan pihak lain. Hal ini pun dihadapi bahkan sering dinyatakan oleh testimoni Kiai Rifa’i dalam orasi-orasinya di hadapan santri Daar el-Qolam sejak saya mengabdi sebagai tenaga pendidik di Gintung. Mereka yang belum siap menghadapi kenyataan ini, merasa bahwa Kiai Rifa’i telah tampil sebagai rival dan pesaingnya di dunia pendidikan. Padahal konsep perubahan yang dicanangkan beliau adalah keniscayaan sejarah, di mana anak-anak didik di Banten (Indonesia) harus terampil bersaing dalam era transformasi, dengan perangkat bahasa Arab dan bahasa internasional (Inggris) sebagai media pembelajaran mereka. Dalam metode pengajaran pun sudah mempraktikkan pemanfaatan imajinasi dengan visualisasi kreatif dengan keterampilan berbahasa Arab maupun Inggris.

            Ibaratnya, ketika pesantren-pesantren tradisional memberlakukan sistem pengajaran sebagaimana pekerja-pekerja yang memproduksi es batu, pada saat yang bersamaan, Kiai Rifa’i justru sudah berpikir visioner, menciptakan terobosan baru untuk memproduksi mesin pendingin (kulkas). Ketika pesantren tradisional masih memakai mesin ketik tua untuk membuat dokumen atau menerjemahkan kitab kuning, justru Kiai Rifa’i sudah berpikir dalam konteks Microsoft yang akan memudahkan kinerja jutaan umat manusia di permukaan bumi ini. Pola pikir ini semestinya patut disyukuri, tak perlu dianggap rival dalam persaingan, karena memang setiap proses perubahan selalu memunculkan harapan-harapan baru.

Lantas, apa yang patut dikhawatirkan dari transformasi dunia pendidikan pesantren yang diprakarsai Kiai Rifa’i itu? Bukankah Allah Maha Kaya, dan rizki-Nya meliputi kekayaan di seluruh jagat raya ini? Ketika pabrik-pabrik mesin ketik ditutup di seluruh dunia, bukankah akan memunculkan jutaan pekerjaan baru yang bergerak di sektor komputer? Ketika pabrik es batu ditutup, bukankah memunculkan jutaan pekerjaan baru yang bergerak di bidang produksi mesin pendingin, seperti kulkas, AC, dispenser, aircool water dan seterusnya.

Penerapan sistem pendidikan Gontor yang dipraktikkan di ranah Banten adalah terobosan penting di dunia pendidikan kita. Karenanya jarang sekali para pemain lama (tradisional) yang ikhlas mereposisi dirinya. Alhamdulillah, dalam beberapa tahun ini, pesantren kami telah dikunjungi ribuan santri dari pesantren tradisional yang berinisiatif mengadakan studi banding atau studi komparatif untuk menimba ilmu dari sistem pendidikan yang pernah dicanangkan Kiai Rifa’i Arief, khususnya sewaktu saya menimba ilmu di Gintung.

Pada umumnya, mereka ingin belajar tentang manajemen kepengurusan santri, kemandirian ekonomi, serta bagaimana sosok Kiai atau pemimpin pesantren tampil selaku manajer-manajer pendidikan. Dengan demikian, meskipun sosok Kiai tetap menjadi figur sentral, namun sistem pendidikan yang berjalan menjadi tumpuan utama, di mana para santri mampu berpedoman seandainya figur Kiai berhalangan, pola pendidikan yang mengacu pada sistem tadi tetap berjalan dengan baik.

Pola pendidikan dengan platform baru ini seakan menuntut pesantren-pesantren tradisional agar melakukan putar haluan (detour), meninjau kembali platform lama yang sudah usang (obsolete). Namun demikian, sistem yang dibangun Kiai Rifa’i pada gilirannya memunculkan ribuan tenaga-tenaga kerja baru yang mendapat berkah dan rahmat dari transformasi perubahan yang dicanangkan beliau.

Dalam konsep amaliyah at-tadris, secara implisit Kiai Rifa’i menyatakan gugatan dan kritikan terhadap konsep pendidikan liberalisme Barat, bahwa bukan ajaran Islamnya yang obsolete, juga bukan materi-materi keislaman yang terdisrupsi. Ajaran Islam tetap valid, aktual dan bernuansa abadi, namun sistem penyampaian materi-materi keislaman itulah yang harus dibenahi dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebab, dalam realitasnya di lapangan, tidak sedikit harapan dan cita-cita umat manusia terpaksa harus berbelok dan mengikuti arah kemajuan yang merupakan anugerah Allah ini.

Namun, setiap perjuangan yang ditegakkan dengan keberanian tak ada yang bebas dari konsekuensi logis. Apa-apa yang ditempuh Kiai Rifa’i itu banyak menimbulkan kesalahpahaman, terutama di kalangan elit pesantren yang merasa dirinya banyak pengalaman, serta terperangkap dalam kesuksesan masalalu. Mereka yang berpikir dengan mindset lama ini akan sulit menerima kenyataan bahwa hakikat belajar yang sesungguhnya, harus menjelajahi fase learn, unlearn, danrelearn. Konsep mendasar tentang belajar tiada henti ini pernah dicanangkan Rasulullah dalam salah satu hadisnya yang berbunyi: “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat.” (Utlubil ilma minal mahdi ilallahdi).

Sedangkan orang yang merasa dirinya sudah final akan sulit menerima kenyataan perubahan yang terus mentransformasi diri sesuai hukum alam (sunatullah). Saat ini, transformasi kian meluas hingga menimbulkan gelombang disrupsi (pergeseran), dari sistem pemerintahan, tata kelola ekonomi, pelayanan publik, hingga kemandirian sistem pendidikan yang telah ditempuh oleh pesantren-pesantren di pelosok negeri ini.

Melihat fenomena perkembangan pendidikan, lagi-lagi kita teringat pada figur Kiai Rifa’i Arief sebagai role modeldalam merintis transformasi pendidikan pesantren, khususnya di ranah Banten. Meskipun pada masanya, kesadaran akan pentingnya proses perubahan di dunia pesantren, belum tumbuh di tengah masyarakat kita.

Logika berpikirnya yang visioner, harus menjadi acuan bagi setiap pemangku kebijakan di era sekarang ini. Kiranya tidak berlebihan jika saya tegaskan sekali lagi, bahwa figur Kiai Rifa’i adalah role model atau penerang jalan yang pantas diteladani. Dengan keikhlasan bercermin dari jejak-langkah sejarah hidup beliau, pesantren tradisional yang mengalami disrupsi di era sekarang ini, niscaya tidak akan disibukkan dengan mengeluh dan menggerutu, seakan-akan terperangkap dalam kegelapan. (*)

Redaktur: Arif Soleh
Bagikan:

LAINNYA

Demokrasi di Indonesia  Menjelang Pemilu 2024
Jumat, 17 Nov 2023 | 16:27 WIB
Demokrasi di Indonesia  Menjelang Pemilu 2024
Peran Agama Dalam Proses Demokrasi
Jumat, 17 Nov 2023 | 09:54 WIB
Peran Agama Dalam Proses Demokrasi
Pemikiran Besar dan Ideologi-Ideologi Besar
Jumat, 17 Nov 2023 | 09:30 WIB
Pemikiran Besar dan Ideologi-Ideologi Besar

KOMENTAR

Pesantren dalam Arus Transformasi Global

BERITA TERKAIT

aulmummc zf

INILAH SERANG

1226 dibaca
Peringati HAN, Pemprov Serius Bangun Daerah Layak Anak

HUKUM & KRIMINAL

1762 dibaca
BPJS Ketenagakerjaan dan Kejati Banten Gelar Rapat Evaluasi

POLITIK

1521 dibaca
Dirjen Bina Pemdes Puji Pelaksanaan Pilkades Serentak 2021 di Kabupaten Serang
Top